Lokasinya tersembunyi cukup jauh, yakni di perbukitan Magelang, Jawa Tengah, namun namanya kini tengah mendunia. Bangunan Gereja berbentuk ayam di Dusun Gombong, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur Magelang. Jarak gereja unik ini sekitar 2,5 kilometer dari Candi Borobudur.
Bangunan yang diprakarsai oleh Daniel Alamsjah dikenal dengan sebutan Gereja Ayam. Daniel mengakui warga dan sosial media menyebutkan bangunan itu sebagai Gereja Ayam.
Daniel menegaskan bawah apa yang populer di medsos "Gereja Ayam" itu keliru, karena gereja ini dibuat mirip dengan merpati. Adapun alasan dibuat mirip dengan merpati, karena merpati adalah simbol dari perdamaian, ketulusan. Dalam kepercayaan Nasrani, merpati merupakan simbol holy spirit," kata Daniel.
Daniel mengaku mulai membangun bangunan itu pada 1992. Hingga kini, proses pembangunan gereja belum tuntas. Sebab Daniel membangun bangunan di atas lahan seluas 3.000 meter persegi itu dengan dana seadanya.
Bentuk bangunannya cukup besar, dimana bagian dalamnya terdapat ruang besar dan kamar-kamar.
Hampir setiap tahun, bangunan ini didatangi wisatawan lokal maupun asing. Sebagian mengabadikan foto-foto bangunan itu lalu diunggah di media sosial.
Daniel yang asal Jakarta mengungkapkan awal muasal mendirikan bangunan itu, sebelumnya dia mendapat pesan dari Tuhan melalui mimpinya untuk membangun sebuah rumah ibadah dengan bentuk burung merpati.
Daniel yang asal Jakarta mengungkapkan awal muasal mendirikan bangunan itu, sebelumnya dia mendapat pesan dari Tuhan melalui mimpinya untuk membangun sebuah rumah ibadah dengan bentuk burung merpati.
Seusai memperoleh ilham dari mimpinya, pada tahun 1989, Daniel dalam perjalanan Magelang, di mana keluarga istrinya berasal. Saat itu dia melihat sebuah pemandangan yang indah di perbukitan. Rupanya, pemandangan itu sama persis dengan yang ada dalam mimpinya.
"Mungkin karena saya umat Kristen, banyak orang berfikir saya sedang membangun sebuah gereja. Tapi saya tegaskan itu bukan gereja. Saya membangun sebuah rumah doa tempat bagi orang-orang yang percaya pada Tuhan," kata pria berusia 67 tahun itu.
"Saya berdoa sepanjang malam di sana dan saya mendapat wahyu bahwa saya harus membangun rumah doa di tempat itu," katanya.
Satu tahun kemudian, Daniel membeli lahan dari warga setempat seluas 3.000 meter persegi dengan harga sekitar Rp 2 juta.
Pembayaran dilakukan dengan cara mencicil sampai akhirnya lunas dalam empat tahun. Hanya saja, bangunan itu tak selesai sempurna karena keterbatasan dana serta pertentangan dari warga sekitar.
Rumah Pengobatan
Rumah Pengobatan
Saat ini, bangunan itu dalam kondisi tidak terawat. Dinding-dindingnya tanpa cat terus mengelupas di makan cuaca, juga ulah vandalisme mengotori bangunan yang penuh lumut itu.
Banguan itu sempat menjadi lokasi beribadah warga dari berbagai agama, termasuk Buddha, Islam, dan Kristen, dengan cara mereka sendiri.
Selain itu, bangunan itu juga pernah digunakan sebagai pusat rehabilitasi. Alamsjah menegaskan rehabilitasi di rumah doa ini adalah untuk terapi bagi anak-anak cacat, pecandu narkoba, orang gila dan pemuda terganggu.
Rumah Doa itu resmi ditutup tahun 2000 karena biaya konstruksi yang terlalu tinggi, tetapi banyak terus mengunjungi situs yang indah di Indonesia.
Lambat laun warga pun menjadi iba hati untuk ikut membantu Alamsjah. Wasno, warga Desa Gombong adalah salah satu dari 30 penduduk setempat yang membantu Alamsjah. Wasno juga ikut merasakan manfaat dari kehadiran bangunan Gereja Ayam itu. Dia menyediakan lahan rumahnya di kaki bukit untuk parkir pengunjung.
Terkenal
Melalui media sosial, Gereja Ayam telah menjadi sorotan para traveller, seperti Putri normalità yang mengabadikan bangunan itu dan diunggah lewat media sosial.
"Ada sangat sedikit cerita tentang bangunan, tetapi banyak wisatawan penasaran ingin mengunjunginya, atau bahkan berniat menikah di sana. Boleh jadi karena kandungan cerita misteri yang membuat orang ingin datang melihatnya," kata Putri.
"Ada banyak nama untuk bangunan ini, misalnya: Gereja Chicken, Gereja Bird, Gereja Dove, Pigeon Hill dan banyak nama lainnya," lanjut Putri.
Alek Kurniawan mengatakan, "Ini adalah yang paling aneh, adapun kamar pada gereja tersebut adalah bertingkat. Ruang atas digunakan sebagai aula gereja, sementara di ruang bawah tanah ada kamar seperti kamar tidur dan kamar mandi."
Kamar-kamar tersebut juga sulit ditemukan jika pengunjung tidak menelusuri langsung ke dalam bangunan dan harus dibekali alat penerangan seperti senter misalnya. Dan bahkan ada bebererapa kamar sudah menjadi sarang kelelawar karena tidak begitu terawat.
refrensi dari berbagai sumber media online
refrensi dari berbagai sumber media online
0 komentar:
Post a Comment