Tinggal kenangan: Umat menghadiri misa pada malam Natal
di sebuah gereja di Mosul, sekitar 390 km (240 mil) utara Baghdad,
24 Desember 2009 (Reuters).
Berdasarkan laporan Pusat Penelitian Pew (lembaga riset), umat Kristen di Timur Tengah saat ini tengah mengalami pembunuhan secara besar-besaran.
Perang saudara di Suriah, munculnya kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), konflik di Libya, Afrika Utara, serta meningkatnya gelombang anti-Kristen di Iran dan Turki, membuat warga Kristen mengungsi secara besar-besaran dari Timur Tengah. Namun sebagian dari mereka mengalami yang terburuk: dijadikan budak atau dibantai.
Pekan lalu the New York Times menurunkan artikel yang mengisahkan sekitar sepertiga dari 600 ribu warga Kristen Suriah di Timur Tengah mengungsi ke luar negeri dan sekitar sepertiga dari 1,5 juta warga Kristen Irak masih bertahan.
"Keberadaan kekristenan saat ini sedang dalam ancaman," kata Anna Eshoo, anggota parlemen Amerika Serikat dari Partai Demokrat, seperti dilansir koran Haaretz, Selasa (28/7). Anna juga adalah pengacara bagi warga Kristen di Timur Tengah.
Laporan terbaru dari koran The Guardian menyatakan pembunuhan terhadap umat Kristen bukan dimulai sejak munculnya ISIS, tapi sejak sepuluh tahun lalu ketika Amerika Serikat, Inggris, menginvasi Irak.
Sebelum invasi itu datang, di bawah kepemimpinan Saddam Hussein, umat Kristen justru mencapai masa keemasan. Mereka diberi kebebasan beribadah dan berperan banyak di tengah masyarakat.Namun berakhirnya era Saddam Hussein membuat kondisi warga Kristen kian memburuk.
Gelombang serangan terhadap warga Kristen mulai terjadi setelah invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003 yang dilakukan oleh Presiden AS George W. Bush untuk menggulingkan Saddam Hussein dan berhasil menghancurleburkan Irak. Sejak saat itu kelompok-kelompok ekstrimis radikal Islam mulai berani melancarkan serangan-serangan ke warga Kristen. Jumlah umat Kristen di Irak mulai menurun secara perlahan. Kini Irak telah berada di bawah kendali ISIS.
Hal yang sama juga terjadi pada Libya. Sebelumnya Libya adalah negara yang tidak mentolerir paham Islam ekstrimis saat kepemimpinan Muammar Khadafi, umat kristen minoritas dilindungi pemerintah kala itu tetapi semuanya berubah setelah Amerika melancarkan invasi ke Libya pada tahun 2011 untuk melengserkan Muammar Khadafi, kondisi Libya morat-marit. Kini Libya menjadi negara ketiga yang berada di bawah kendali ISIS setelah Irak dan Suriah.
Israel dan Libanon di Timur Tengah saat ini menjadi negara yang paling membuat warga Kristen senang. Di kedua negara itu mereka bebas menjalankan ibadah agama dan tidak dibunuhi. Namun jumlah penganut Kristen di Libanon menurun drastis dari 78 persen menjadi hanya 34 persen dalam seabad belakangan.
Laporan dari Pew juga menyebutkan selepas 2050 nanti jumlah penganut muslim di seluruh dunia akan lebih banyak ketimbang penganut Kristen.
sumber : merdeka.com
0 komentar:
Post a Comment